SEJARAH
PERKEMBANGAN
ILMU
PENGETAHUAN
A. PENGANTAR
Pemikiran filsafati banyak dipengaruhi oleh
lingkungan. Namun pada dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul
dari yang sifatnya
religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu) dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman Abad Pertengahan, zaman Modern, dan Masa Kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya Weda (Agama Hindu) dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos dapat lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu. Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman Abad Pertengahan, zaman Modern, dan Masa Kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen). Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat
penting dalam sejarah poradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan
pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir
mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskari fenomena alam,
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya
sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti
dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksploitasi. manusia yang dulunya pasif
dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif ,sehingga
alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian
ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk
teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk
memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini tidak langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap,
evolutif. untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui
pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode menampilkan
ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran
secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodesasi
perkembangan ilmu di sini dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada
kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)
B. Zaman Purba (15 SM - 7 S1V)
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah
menerima semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan,
pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan
saja. Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang
sama, yaitu common denominator, itu pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan.
Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa
dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan
perbintangan menjelma menjadi astrologi. pengamatan yang dilakukan oleh manusia
pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute factr atau on the face
value, menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih berada pada tingkatan
sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude
dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada
zaman purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad 15 SM,
terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan
yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberi manfaat langsung kepada
masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti,
namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu
manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan-
temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong membelah. Selain menggunakan
alat-alat yang terbuat dari batu manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang
binatang. Alat yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan
menyerupai fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda- benda hasil
peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk
berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda
yang dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan
dilakukan berdasarkan pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan
percobaan-percobaan tanpa dasar, menuruti proses and error. Akhirnya, dari
proses trial and error, yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah
terjadi perkembangan penyempurnaan pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga
manusia menemukan bahan dasar pembuatan alat yang baik, kuat serta hasilnya pun
menjadi lebih baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam
bentuk know how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan pada
generasi-generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah
manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan manusia akan iklim
menjadi berkurang Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan
dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api menjadi lebih
penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan merintis jalan pada
pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya,
peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer,1982:6).
Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi
beberapa ribu tahun sebelum Masehi. peristiwa ini terjadi ketika manusia berada
pada zaman batu muda. pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup
manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan bermukim
(menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai
beternak hewan. Pada masa itu juga telah muncul kemampuan menulis, membaca dan
berhitung. Dengan adanya kemampuan menulis, beberapa peristiwa penting dapat
dicatat dan kemudian dapat dibaca oleh orang lain sehingga akan lebih cepat
disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat menunjang perkembangan pengetahuan
karena catatan tentang suatu peristiwa menjadi lebih lengkap dengan data yang
relatif lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba
perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir,
Babylonia, Cina dan India. Ada keterkaitan saling pengaruh antara perkembangan
pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan alat-alat perunggu
di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan yang diterapkan
di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah mengembangkan teknik peralatan
perunggu di zaman Dinastii Shang, sedangkan peralatan besi sebagai perangkat
perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India
memberikan surnbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan penemuan
sistem bilangan desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga
Di Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak
perkembangan sistem bilangan pada zaman modern: India bahkan sudah menemukan
roda pemutar untuk pembuat tembikar pada abad ke-30 SM. Sayangnya peradaban
yang sudah maju itu mengalami kepunahan pada abad ke-20 SM, baik yang
disebabkan oleh bencana alam maupun oleh peperangan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada
zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu (1) pengetahuan didasarkan
pada pengalaman (empirical knowledge (2) pengetahuan berdasarkan pengalaman itu
diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, dan kalaupun ada keterangan
tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersifat mistis,magis dan religius;
(3) kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan
perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis,
berhitung, menyusun kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap abstraksi
yang dilakukan; dan (5) kemampuan meramal peristiwa-peristiwa fisis atas dasar
peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana bulan dan
matahari (Santoso,1977: 27-28)
C. Zaman Yunani (7 SM - 6 M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagii mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (suatu sikap menerima begitu saja),
melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal
bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa
Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada
masa itu antara lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di
Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu `yang tidak
terbatas' (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu
bilangan, dan Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala
sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala
sesuatu itu tetap tidak bergerak. (Lasiyo dan Yuwono,1985: 52)
1. Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh
Perikles kegiatan politik filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan
kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Mereka mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda. menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam
tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Pythagoras, manusia
adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates
dengan mengatakan bahwa yang- benar dan yang baik dipandang sebagai nilai-nilai
objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut
Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada
muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang
hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang
kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles
dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret “ide
manusia' tidak terdapat dalam kenyataan”. Aristoteles adalah filosof realis,
dan sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan
yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai
abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi
matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan
membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis.
Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana
seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur
lain disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma,1983)
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang
materi dan bentuk. Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah
prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan.
Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme. (K. Bertens,1988:11-16)
2. Masa Helinistis dan Romawi.
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah
kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Helinistis, karena kebudayaan
Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga
seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena
tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual
lain, terutama kota Alexandria. Akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke
wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani,
karena kekaisaran Romawi pun pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural
Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada
saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut.:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh
kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung
menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantisa
bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak
boleh takut pada dewa-dewa.
c.Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak
sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian
d. Eklitisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai
unsur filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu Pemikiran
yang sungguh-sungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat
Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah
sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari `yang satu` dan ingin kembali
kepada-Nya. (K. Bertens,1988:16-18)
D. Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang
ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum
tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah
suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun
476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan
pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan
perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk
dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah
para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog
sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Dengan kata lain,
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologiae, abdi agama. Oleh
karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10,
di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang
dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya abad tengah, ada beberapa
kemajuan yang tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan.
Penemuan-penemuan tersebut antara lain pembaruan penggunaan bajak yang dapat
mengurangi penggunaan energi petani. Kincir air mulai digunakan untuk
menggiling jagung.
Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan
dalam bidang perkapalan dan navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal memperoleh
kemajuan sehingga kapal dapat digunakan lebih efektif. Alat-alat navigasinya
pun mendapat kemajuan pula. Kompas mulai digunakan orang di Eropa. Keterampilan
dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit memperoleh kemajuan setelah orang
mengenal alat pemintal kapas.
Kemajuan lain yang penting pada masa akhir abad
tengah adalah keterampilan dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini berasal
dari Cina dan dibawa oleh orang Islam ke Spanyol. Di samping itu orang juga
telah mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.
Berbeda dengan keadaan di Eropa yang mengalami abad
kegelapan, di dunia Islam pada masa yang sama justru mengalami masa keemasan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani
Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad ke-7 M,
delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus melakukannya. Pada zaman
keemasan kebudayaan Islam juga dilakukan penerjemahan, berbagai karya Yunani,
dan bahkan khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of
Wisdom) pada abad ke-9 M.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
pesat pada dunia Islam tersebut dimungkinkan oleh adanya pengamatan yang
terus-menerus dan pencatatan yang teratur serta adanya dorongan dan bantuan
dari pihak para raja yang memerintah. Dengan demikian untuk pertama kalinya
dalam sejarah, tiga faktor penting yaitu politik, agama dan ilmu pengetahuan,
berada pada satu tangan, raja atau sultan. Keadaan ini sangat menguntungkan
perkembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut. Selama 600 - 700 tahun lamanya
kemajuan kebudayaan dan ilmu pengetahuan tetap ada pada bangsa-bangsa yang
beragama Islam.
Menurut Slamet Iman Santoso (1997:64) sumbangan
sarjana Islam dapat diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu : (1) menerjemahkan
peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga
pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan kemajuan di dunia Barat sampai
sekarang, (2) memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran,
obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan dan (3)
menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Beberapa orang yang memberi sumbangan besar dalam
perkembangan pengetahuan dan teknologi di dunia Islam antara lain A1
Khawarizmi, Omar Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali Ibnu Sina, Al-Idrisi
dan Ibn Khaldun.
Muhammad Ahmad AL Khawarizmi menyusun buku Aljabar
pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa. Ia
juga menulis buku tentang perhitungan biasa (arithmetics). Buku tersebut
menjadi pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal, yang
menggantikan penulisan dengan angka Romawi. Khawarizmi luga telah
memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720 – 800 M ) banyak mengadakan
eksperimen, antara lain tentang ktistalisasi, melarutkan, sublimasi, dan
reduksi. Di samping mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara lain
tentang proses pembuatan baja, pemurnian logam, memberi warna pada kain dan
kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk rambut. Ia
juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara memekatkan asam
cuka dengan cara distilasi. Mengeni unsur-unsur ia berpendapat bahwa
logam atau mineral itu terdiri atas dua unsur penting yakni raksa dan belerang
dengan berbagai macam susunan. Logam atau mineral berbeda karena susunan
unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal
seperti Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau di negara Barat dikenal
dengan sebutan Razes (850-923 M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M). Razes
sangat banyak menulis buku, di antaranya100 buah buku tentang kedokteran, 33
buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk alkimia, l l buah buku tentang
matematika dan astronomi, dan lebih dari 45 buah buku tentang filsafat dan
teologia. Salah satu hasil karyanya tersebut adalah sebuah ensiklopedia
kedokteran berjudul Continens. Sementara itu Ibn Sina juga menulis buku-buku
tentang kedokteran yang diberi nama Al-,Qanun. Buku ini menjadi buku standar
dalam ilmu kedokteran di Eropa sampai ± tahun 1650. (Santoso, 1997: 63). Selain
itu Abu'1 Qasim atau Abu'1 Casis menulis sebuah ensiklopedi kedokteran, yang
antara lain menelaah, ilmu bedah serta menunjukkan peralatan yang dipakai
dimasa itu {± tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198 M) seorang ahli
kedokteran yang menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Dari
tulisannya terbukti bahwa Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme, yaitu
aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada di dunia tidak tercipta tiba-tiba
dan dalam keadaan yang selesai, melainkan semuanya terjadi melalui
perkembangan, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan yang selesai.
Tokoh lain yang juga turut berjasa dalam
pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, terutama dalam bidang geografi
adalah Al-Idrisi (1100-1166 M). la telah membuat 70 peta dari daerah yang
dikenall pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Roger II dari kerajaan
Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial, di dunia Islam
terdapat nama Ibn Khaldun (1332 -1406 M), yang memiliki nama lengkap Abu Zaid
Abdal-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. la merupakan seorang ahli
sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi, Ia sering dianggap sebagii perintis
ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi. Hasil karyanya yang termasyhur adalah
sebuah buku berjudul A1-Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut, ia membahas tentang
perkembangan masyarakat dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu
masyarakat-yang baru, Ibn Khaldun berusaha keras agar objektif dalam memaparkan
masyarakat ketimbang menemukan obat untuk menyembuhkan "penyakit"
masyarakat (Baali,1989:191).
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala sosial mengikuti
pola dan hukum tertentu, dan dengan sendirinya akan menghasilkan akibat-akibat
tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial tidak hanya mengena pada
perseorangan, tetapi pada semua orang. Hukum-hukum sosial akan berlaku sama
bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang dan waktu: Oleh karena itu
hukum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh seseorang. Seorang pemimpin tidak dapat
memperbaiki keadaan sosial, kalau tidak mendapat dukungan dari masyarakat.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn Khaldun
mempergunakan banyak metode dan teori untuk menjelaskan faktor yang ada dalam
masyarakat. Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah, karena
merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik maupun
lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga rriendapatkan
kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun terletak pada
`asabiyah atau solidaritas sosial yang menjadi kodrat manusia yang tidak dapat
hidup sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan suatu
ikatan dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini amat kuat pada masyarakat
pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas dasar solidaritas ini,
tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan solidaritas, karena adanya
kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan demikian tujuan dari solidaritas adalah
kekuasaan.
E: Zaman Renaissance (14 M -17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan
kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman
peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran
yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak
didasarkan atas campur tangan Ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern' sudah
mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju
pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan
pemikiran para filusuf tersebut.
l. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman
(empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu
pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengalah semua
pengetahuan.
2.Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet
semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat
(heliosentririsme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal
dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam
semesta (geosentrisme).
3, Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang
melengkapii penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
a. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan
bergerak mengikuti lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips.
Orbit semua planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara
planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila
jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan
waktu untuk meliintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2: Q2 X3: Y3.
4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang
yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara
langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa panting dalam bidang astronomi. Ia
melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan
seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah
memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari
(Rizal Mustansyir,1996)
F. Zaman Modern (17 M -19 IV)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam
bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang
terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu
pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat .Selain itu pada
zaman ini ada juga filsuf-filsuf lain misalnya: Isaac Newton, Caharles Darwin.
G. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf,
bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam
Riza1 Mustansyir, dkk., 2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan
yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam
semesta. la juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika
dengan filsafat terlihat dalam dua cara. Pertama, diskusi filosofis mengenai
metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran
filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan
waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara
filsafat dan fisika.
Fisikawan termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein.
Ia menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas,
tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu
ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam
semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya
penciptaan alam. Dii samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan
lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi
canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami
kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit
komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan
pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu
kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau
super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke
arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi
yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning. (Rizal Mustansyir, dkk.,
2001)
Sumber: ichwanparadoblog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar